Jumat, 17 Agustus 2012

PERANG IDEOLOGI


CARA PANDANG IDEOLOGIS VERSUS AKOMODATIF
Cara Pandang Ideologis
Berbicara mengenai cara pandang manusia tentang kehidupan, sama artinya dengan membicarakan hakikat kehidupan ini, apa yang ada dibalik kehidupan ini, dari mana asal kehidupan ini, untuk apa kehidupan ini ada, dan akan kemana setelah kehidupan ini berakhir.
Di dunia tempat kita berdiam sekarang, dikenal ada tiga kategori cara pandang (yang populer) terhadap kehidupan ini, yaitu sosialisme, kapitalisme-sekularisme, dan Islam.Kelompok penganut cara pandang sosialisme menyandarkan anggapannya bahwa awal dan akhir kehidupan mereka adalah materi. Menurut mereka manusia bebas menentukan apapun kehendaknya. Orang-orang kapitalis-sekularis, sekali pun mereka mengakui bahwa kehidupan ini ada karena ada Tuhan yang menciptakan serta mengakui bahwa setelah kehidupan ini berakhir mereka akan kembali kepada Tuhan, namun mereka beranggapan bahwa Tuhan ibarat seorang pembuat jam yang hanya sekedar membuat, sementara membiarkan jam tersebut bergerak sendiri. Dalam hal ini cara pandang kapitalis-sekularis tidak berbeda jauh dengan cara pandang sosialis, yaitu sama-sama menganggap manusia bebas berbuat apa saja yang dikehendakinya dalam kehidupan ini. Pada dasarnya apa yang mereka lakukan adalah untuk mengejar materi yang setinggi-tingginya.
Kesamaan pandangan keduanya dalam memandang kebebasan manusia mengantarkan kedua kelompok manusia ini menjadi kelompok yang meyakini kebebasan sekaligus menyerukannya di tengah-tengah kehidupan manusia.
Tidak demikian halnya dengan Islam. Islam adalah sebuah cara pandang yang disandarkan pada sebuah keyakinan bahwa hidup ini ada karena ada Pencipta yang menciptakannya. Sang Pencipta berperan mengatur kehidupan manusia di dunia ini serta berhak menghisap manusia dan menggolongkan mereka sebagai orang-orang yang taat dan orang-orang yang durhaka. Kepada kedua golongan manusia ini disediakan tempat kembali yang berbeda. Jannah yang penuh kenikmatan bagi orang-orang yang taat dan An-Naar yang penuh dengan adzab bagi orang-orang yang durhaka. Sang Pencipta tersebut adalah Allah SWT penguasa langit, bumi, serta tidak ada sekutu baginya.
Adanya cara pandang yang berbeda tadi menjadi penyebab berbedanya Islam dengan yang lain. Perbedaan tersebut meliputi perbedaan dalam mengambil standar peraturan, tolak ukur perbuatan, tujuan hidup dan dalam menentukan strategi meraih tujuan hidup tersebut.
Perbedaan mendasar antara sosialis, kapitalis dan Islam terletak pada "sesuatu" yang menjadi sandaran bagi sumber peraturan, standar hidup, tujuan hidup dan strategi kehidupan yang diambil. Kelompok sosialis dan kapitalis-sekularis menjadikan manusia sebagai sumber peraturan, sebagai penentu tolak ukur perbuatan, sebagai penentu tujuan hidupnya sendiri serta membiarkan manusia menentukan strateginya dalam meraih tujuan hidup tersebut.
Berbeda-bahkan bisa dikatakan sangat bertentangan- dengan Islam yang menjadikan seluruh ketentuan tersebut bersandar hanya kepada Allah Ta’ala.


Cara Pandang Idealis Versus Akomodatif
Perbedaan cara pandang menyebabkan perbedaan metode, strategi, sekaligus cara memecahkan persoalan kehidupan. Ketika sebuah cara pandang mendasarkan idenya di atas asas manfaat (mashlahat), maka nilai inilah yang menjadi tolak ukur dalam menentukan sebuah metode, strategi ataupun cara. Segala bentuk-bentuk pertimbangan dikembalikan pada; apakah hal tersebut bermanfaat bagi manusia atau tidak, atau apakah manusia mampu, layak dan tepat mengambil strategi tersebut (dengan perhitungan menfaat) ataukah tidak.
Ketika seorang manusia memiliki cara pandang yang dibangun di atas asas manfaat, kemudian ia berhadapan dengan persoalan-persoalan ekonomi yang harus diselesaikannya, maka ia akan memperhitungan apakah cara-cara yang diambilnya dapat mendatangkan manfaat atau tidak, tanpa ada pertimbangan ataupun perhitungan lain. Kemudian, ketika ia menjalani kehidupan sosial dengan individu-individu yang lain, maka ia akan mempertimbangkan, apakah tatanan kehidupan sosial yang dipilihnya sesuai dan memberikan manfaat bagi dirinya baik secara individu atau bersama-sama individu lain. Demikian halnya dengan berbagai aspek kehidupannya yang lain. Sampai-sampai dalam urusan beragama pun ia akan memperhitungkan apakah urusan beragama yang diterjuninya bertentangan dengan ukuran kemanfaatan hidupnya atau tidak.
Cara pandang sosialis dan kapitalis-sekularis memungkinkan ‘penganutnya’ melakukan akomodasi terhadap berbagi macam nilai dengan alasan ‘sesuai dengan nilai kemanfaatan’, sekalipun masing-masing memiliki cara tersendiri dari sisi penerapannya. Para sosialis memfokuskannya pada kemanfaatan bagi komuni (kumpulan individu) melalui negara sedangkan kapitalis-sekularis mamfokuskannya pada individu. Contoh terdekat mengenai hal ini, adalah ketika sebuah negara kapitalis-sekularis melalui penguasanya menerapkan peraturan jaminan sosial,Upah Minumum Regional (UMR) dan lain-lain. Bila kita cermati, peraturan-peraturan ini merupakan bentuk campur tangan negara terhadap persoalan kesenjangan kepemilikan kapital akibat diterapkannya sistem kapitalisme. Dengan demikian bebrapa praktek tersebut-yang pada awalnya adalah ide sosialisme- diadopsi oleh negara-negara penganut sistem kapitalisme guna menutupi kelemahannya. Apakah strategi tersebut melanggar ideologi kapitalis-sekularismenya ?Dalam hal ini tidak, karena akomodasi dilakukan atas alasan manfaat. Dalam sistem kapitalisme, kebebasan kepemilikan yang dianutnya telah menimbulkan kesenjangan yang besar dalam masyarakat antara orang-orang yang memiliki kapital dengan yang tidak. Kondisi ini mampu memicu konflik yang akan mengancam kepentingan manfaat dalam sisitem kapitalisme (yang dikuasai oleh para pemilik kapital) itu sendiri.
Akomodasi juga dilakukan oleh penganut sosialis baik dari sisi negara menetapkan sebagian konsep kapitalisme dalam perekonomiannya atau berbagai keterbukaan (kebebasan) lain bagi rakyatnya, sekalipun sosialisme tetap mejadi ide dasarnya.
Cara pandang adalah kerangka ketika seseorang berfikir. Mereka yang terpengaruh oleh cara pandang sosialisme dan kapitalisme dengan alasan manfaat akan mengakomodasi nilai-nilai sebuah agama, ketika dipandang hal tersebut memang perlu. Cara pandang kedua ideologi ini akan mewarnai perspektif yang digunakannya untuk menilai berbagai hal tentang persoalan-persoalan keagamaannya. Beberapa kaidah yang terkandung dalam kedua cara pandang tersebut akan menyusun kerangka berpikirnya, ketika ia menilai berbagai persoalan kehidupan. Perilakunya akan menjadi bukti cara pandang yang telah ia gunakan.
Sebagai contoh, seorang muslim yang mengaku menganut aqidah Islamiyah namun tidak menggunakan aqidah tersebut sebagai asas cara pandangnya sehingga seluruh perilakunya sesuai dengan nilai-nilai Islam, maka cara pandang seorang muslim ini akan mudah terwarnai oleh cara pandang lain ( di luar aqidah Islamiyah). Manfaat adalah asas yang paling dominan bagi cara pandang selain Islam. Muslim ini pun akan mangambil nilai-nilai Islam yang menurutnya sesuai kondisi (kemanfaatan) yang dialaminya, atau ia akan mengakomodasi nilai-nilai Islam sebagian saja tanpa mengambil keseluruhan nilai dan penerapannya.
Dalam masyarakat yang mayoritas menganut cara pandang sosialis dan kapitalis-sekularis, Isalm hanya diakomodasi sebagai aturan ruhiyah semata, sehingga naluri beragama seorang muslim seolah-olah terpelihara dengan baik. Dalam hal ini kebutuhan beragama seseorang seolah telah terpenuhi, maka tercapailah sebuah manfaat tanpa perlu menjadikan Islam sebagai sebuah ideologi dan sistem kehidupan. Inilah yang bisa kita katakan sebagai seorang muslim yang memiliki cara pandang dan perilaku kapitalis-sekularis, karena dalam hal ini hanya nilai-nilai Islam yang mendatangkan manfaat saja yang akan diambilnya, sedangkan yang tidak, akan ditinggalkannya. Dengan demikian tolak ukur bagi seluruh aspek kehidupannya disandarkan pada nilai kemanfaatan. Terlalu dini untuk menilai apakah muslim ini akan terseret pada kekufuran atau tidak. Yang jelas bila ia menyadari sepenuhnya bahwa agama Islam baginya sekedar manfaat belaka, bukan tidak mungkin ke-Islamannya akan terlempar jauh ketika suatu saat nilai kemanfaatan ini hilang dari hadapannya. Peristiwa yang teramat tragis bagi seorang muslim.
Bagaimana dengan cara pandang Islam? Mungkinkah cara pandang ini mengakomodasi nilai-nilai ideologi lain?
Bila dipahami secara mendalam mengenai hakikat aqidah Islamiyah, maka cara pandang Islam adalah sebuah cara pandang yang khas, didasari oleh wahyu Allah SWT yang akan membentuk model kehidupan masyarakat, sumber peraturan yang digunakan, standar hidup, tujuan hidup dan strategi yang digunakannya pun bersifat khas pula, sesuai tuntunan Al wahyu. Cara pandang Islam bersifat universal, dalam arti mampu memecahkan seluruh persoalan kehidupan manusia di seluruh waktu dan tempat, baik menyangkut peraturan perekonomian, pemerintahan, tata pergaulan (sosial), pendidikan, pidana, sangsi dan pelanggaran lain-lain. Dengan demikian Islam adalah sebuah cara pandang ideologis dan sistem hidup yang sempurna bagi manusia karena berasal dari pencipta manusia itu sendiri. Akomodasi terhadap nilai-nilai ideologi lain tidak perlu dilakukan, karena bukankah Islam telah sempurna? Terlebih lagi bentuk akomodasi itu sendiri bertentangan dengan cara pandang Islam.
Khatimah
Dari uraian ini, kita dapati bahwa cara pandang Islam bersifat idealis yang tidak akan pernah menerima bentuk akomodatoif terhadap cara pandang lain. Jelaslah bahwa Islam adalah cara pandang mendasar yang memilki konsep sistem kehidupan yang sempurna. Namun masalahnya, cara pandang dan konsep kehidupan ini masih dirasakan asing oleh mayoritas kaum muslimin. Sekiranya ada yang telah memahami cara panadang dan konsep ini, sifatnya masih terbatas pada individu-individu muslim. Bisa kita cermati hal ini dari kondisi mayoritas negeri-negeri muslim dengan mayoritas kaum musliminnya yang masih menerapkan sistem sosialis, kapitalis-sekularis atau keduanya sekaligus dalam bentuk kompromi nilai-nilai.
PUSTAKA
  1. An Nabhani. Syakhsiyah I. Darul Ummah. Cetakan ke-4 Beirut. Libanon.
  2. Muhammad. Muhammad Isma’il. Al Fikrul al Islamiy. Maktabah Al Wa’iy. Cetakan ke-1. April 1992.


KEHILANGAN CITRA DIRI

(Pemuda tak berideologi)


]وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا[
"Dan apa saja yg dibawa oleh Rasul lakukanlah, se­dangkan yg dilarangnya maka tinggalkanlah." (QS. Al hasyr [59]: 7)

 Potret Buram Pemuda kita


Potret Umat masa depan adalah bagaimana gambaran Pemuda masa kini. Sedangkan Pemuda kita telah patah ditengah jalan sebelum bertarung karena terbentuk dari kondisi umat yg rapuh. Menurut Laporan FAO 2002 :
Setiap 4 detik orang meninggal karena kelaparan (22 ribu setiap hari)

Di belahan negara miskin dan berkembang ada 817 juta orang kelaparan sementara di negara maju 300 juta berjuang melawan kegemukan

·   Indonesia kembali menjadi negara miskin
·   Beban utang Indonesia lebih dari Rp 2100 trilyun
·   Puluhan juta orang dalam kemiskinan
·   Belasan juta orang kehilangan pekerjaan.
·   4,5 juta anak putus sekolah
·   Kriminalitas meningkat 1000%.
·   Perceraian meningkat 400%.
Penghuni rumah sakit jiwa meningkat 300%.

Belum lagi jika kita perhatikan acara berita di media TV begitupun maupun di media cetak, acapkali kita jumpai berita-berita kriminalitas di tengah-tengah masyarakat yg seringkali membuat kita merasa sangat harupilu, sedih, geram dan menghelakan nafas tak berdaya. Bahkan, kita pun sering kali menyaksikan  secara langsung kebrutalan  terjadi di lingkungan kita sendiri, seperti : tawuran, pelecehan seksual, narkoba, pembunuhan, pencurian, pelacuran, perjudian, pemerkosaan, dan masih banyak lagi. Celakanya lagi, di antara para pelakunya pun tidak ketinggalan para Pemuda bahkan anak-anak di bawah umur. Contoh : pelecehan seksual dilakukan oleh bocah umur 13 tahun-an sebagai dampak lebih seringnya dia menonton film ‘BF’ ketimbang masuk sekolah (Liputan 6 SCTV); perampokan HP dilakukan oleh seorang Pemuda umur 19 tahun, Delan Monari, yg menjadi salah satu anggota kelompok penjahat Kapak Merah (Kompas 16 Juni 2002); dan masih banyak kasus lainnya. Padahal, mereka ini adalah para Pemuda yg menjadi harapan negeri ini sebagai generasi penerus. Kenyataan pahit ini merajalela di seluruh pelosok dunia semenjak tidak adanya kehidupan Islam yg mulia.  
 Penyebab Utama Problematika Pemuda
Tentunya perilaku dan permasalahan Pemuda di atas tidak serta merta terjadi dengan sendirinya tanpa ada akar permasalahannya. Persoalan utamanya (qadhiyah mashiriyah)
adalah tidak adanya kehidupan Islam di mana di dalamnya diterapkan syariah dan dipimpin oleh seorang khalifah.Persoalan utama itu melahirkan banyak sekali problematika cabang sebagai fasad (kerusakan) (ar-Rum: 40) yg antara lain :
   
A.       Di Lingkungan Keluarga : Tidak Terbinanya Keislaman Pemuda Dalam Kesehariannya
Lengahnya para orang tua kita, yg mendidik kita dari kecil tidak dengan cara islamy sebagai akibat ketidak pahaman mereka terhadap ajaran Islam juga. Lantas, alasan klasik yg dilontarkan para orang tua sekarang adalah mereka sudah terlampau disibukkan dengan urusan duniawi saja. Akibatnya, gaya hidup kita pun menjadi tidak islamy, contoh : mereka lalai mengajari kita untuk sholat, puasa dan taat kepada seluruh aturan Allah, serta tidak melarang kita berpacaran dan berpergian ‘dugem’, bahkan sebaliknya melarang kita untuk menutup aurat, mengkaji Islam, berdakwah, dsb. 

B.       Di Lingkungan Sekolah : Pendidikan Pemuda Yg Tidak Islamy
Kurikulum pendidikan sekolah yg terprogram tidak sesuai dengan ajaran Islam sehingga pemahaman kita pun menjadi tidak islamy, walhasil perilaku kita pun tidak islamy, contoh : mulai dari cara berpakaian (seragam), pergaulan di sekolah, hingga mata pelajaran yg diajarkan sama sekali tidak merujuk kepada ajaran Islam. Mata pelajaran agama Islam pun tidak diajarkan dengan metode yg benar yg dapat merubah akhlaq.

C.       Di Lingkungan Pergaulan : Sistem Pergaulan Yg Tidak Islami
Tidak adanya kehidupan Islam di lingkungan kita, sehingga pergaulan kita pun tidak tertata dengan aturan Islam. Contoh : semaraknya pergaulan bebas dan campur baurnya laki-laki dan wanita di lingkungan sekolah, Mal, perumahan dan tempat2 hiburan lainnya. Bahkan negara pun menyediakan fasilitas2 pendukung, seperti dibukanya banyak : cafe, diskotek, pub, bioskop, mal, dan arena hiburan lainnya yg dapat memberikan peluang luas bagi para Pemuda untuk bergaul dengan bebas dan menyalurkan hawa nafsunya. 

D.       Lebih Luas Lagi : Pengaruh Media Yg Tidak Islamy  Di Lingk. Keluarga, Pendidikan & Pergaulan
Demi mengeruk keuntungan semata, masa depan anak dikorbankan dengan menyuguhkan taygan2 berbau kekerasan, sex, pornographi atau pun kuis2 dan permainan2 olahraga yg dapat menghantarkan ke perjudian dan melenakan. Memang, Pemuda adalah target yg empuk dan luas untuk memperoleh keuntungan yg sebesar-besarnya bagi para pengusaha yg tak bertanggung jawab, dengan memasarkan produk-produknya melalui acara-acara maksiat tersebut. Celakanya, tidak banyak orang tua yg sadar akan bahaya ini. Banyak penelitian di Barat yg memberikan pesan agar kita jangan pernah anggap remeh pengaruh TV. Dwyer, seorang pakar komunikasi menyimpulkan sebagai media audio visual, TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV mampu untuk membuat orang pada umunya mengingat 50% dari apa yg mereka lihat dan dengar di layar TV walaupun hanya sekali ditaygkan. Atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yg mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3 hari kemudian (Dwyer, 1988-Permata). Sebuah perusahaan rekaman internasional (BMG) target utama pemasarannya adalah para Pemuda dengan mengeluarkan album seperti Britney Spears dan Christina Aguilera karena fashion, pakaian, dan juga musiknya disukai oleh kebanyakan para Pemuda. Akhirnya, karena mesin globalisasi ini telah menggilas kaum ABG, budaya yg sangat islamy pun kemudian digantikan dengan budaya milik Britney Spears dan Christina Aguilera. Film Baywatch, dimana pemerannya kebanyakan adalah para model porno Playboy (majalah paling ngetop di AS), jadi nggak aneh kalau putaran film tersebut didominasi atraksi pamer aurat. Tak ketinggalan pula, para penyanyi dan pemain sinetron lokal pun semakin marak meniru gaya ala Barat. Sebagian besar diperankan para Pemuda dengan lagu-lagu dan cerita-cerita ‘picisan’ yg isinya penuh dengan kreasi adegan mempertontonkan aurat dan gaya hidup pergaulan bebas, seperti : A2DC, Siapa Takut Jatuh Cinta, Dilarang Jatuh Cinta, Kalau Cinta Jangan Marah, BCG dsb. Sehingga akhirnya mereka pun dijadikan idola para Pemuda lainnya dan ditiru seluruh perilakunya mulai dari gaya bicaranya, pakaiannya, pergaulannya, bahkan sampai jalan hidupnya. Padahal kita tahu bagaimana menyimpangnya perilaku dan cara berpakaian mereka yg jelas-jelas bertentangan dengan aturan yg diberikan Allah Swt yaitu Islam dimana kemuliaan sebagai manusia terjaga. Belum lagi film-film yg penuh dengan adegan kekerasan sehingga tidak sedikit tindak kriminal yg justru dilakukan setelah mendapat ‘ilham’ ketika nonton taygan kekerasan di TV atau media lain seperti video game. Maka, bisa jadi maraknya kasus-kasus pembunuhan, pencurian, tawuran, dsb adalah buah hasil dari tayangan action atau sadis selama ini. Akhirnya, terbentuklah generasi ‘premanisme’ yg menjauhkan mereka dari ajaran Islam.

Adanya Upaya Musuh2 Islam Untuk Menghancurkan Generasi Pemuda Islam
Bahwa apa yg dijelaskan tersebut di atas tidak terjadi dengan sendirinya. Semua ini diatur dan diprogram sebagai langkah upaya musuh2 Islam untuk menghancurkan Pemuda Islam. Tujuan utama mereka adalah untuk menghambat atau bahkan menghancurkan pemikiran sehat Pemuda muslim sampai akhirnya tidak mampu berpikir secara logis hingga mereka dewasa. Mereka menggunakan segala cara melalui pendidikan, media, makanan, minuman, budaya dan hiburan, dengan harapan program kesenangan baru yg diciptakan itu secara perlahan akan melenakan kaum muslim dari konflik-konflik politik kaum muslim dengan mereka. Akhirnya umat Islam lalai melaksanakan kewajiban-kewajibanya untuk beribadah, belajar ilmu Islam, berdakwah atau bahkan berjihad demi membela Islam, karena energi, harta dan waktunya habis terpakai untuk segala keperluan program kesenangan tersebut, yg bisa jadi hukumnya hanya mubah, tak berpahala, atau bahkan bisa menjerumuskan pada hal-hal yg diharamkan.

 Pemuda Kita wajib berdakwah

Untuk menghadapi gempuran musuh islam itu maka kita harus juga bersiap menhadapinya dengan sekuat kemampuan kita dengan berdakwah. Kesempatan kita untuk taat pada syariah dan bergiat dalam dakwah hanya selama hidup di dunia. Setelah mati, kita tidak punya kesempatan lagi. Kita bakal mati setiap saat,  walaupun masih Pemuda, maka perlu kita gunakan kesempatan yg ada dengan sebaik-baiknya sebelum semua berakhir dan tinggallah penyesalan. Bukankah begitu banyak orang yg mati ketika masih Pemuda ? Demikian pula bukankah Ali RA (khalifah ke-4 dalam pemerintahan Islam) sudah turut berdakwah ketika masih Pemuda bahkan turut memperjuangkan islam?


 Khatimah
Demikianlah potret Pemuda Islam dewasa ini, sebagai generasi penerus yg diharapkan menjadi pejuang-pejuang Islam, tetapi justru merekalah yg paling pertama terpuruk dan terjerumus dalam perangkap sistem kehidupan yg tidak  berdasarkan ajaran Islam, yg seharusnya menggiring mereka kepada kemuliaan. Akhirnya, mereka kehilangan identitas diri dan orientasi hidup yg semestinya mereka jalani. Tentunya, problematika ini menjadi tanggung jawab seluruh lapisan umat Islam, dari mulai kita sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat, para ulama, pejabat, tokoh sampai negara. Dan apabila umat Islam tidak segera sadar dan bangkit untuk membenahi persoalan ini, maka masa depan Pemuda akan semakin suram, sesuram masa depan umat ini.  Maka kewajiban kita semua untuk segera mengembalikan kehidupan yg islami.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri” (Ar-Ra’du :11).



]يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لاَ تَخُونُوا اللهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ[
 “Hai orang-orang yg beriman janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan jangan mengkhianati apa yg telah diamanatkan kepadamu padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal [8]: 27)
﴿وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللهُ إِلَيْكَ
"Dan hendaklah kamu hukumi di antara mereka dengan Apa yg turunkan kepadamu. Dan janganlah kalian mengikuti kemauan mereka. Hati-hatilah terhadap mereka, agar mereka memalingkan kamu dari sebagian yg telah diturunkan Allah kepadamu." (QS. Al Maidah [5]: 49)

 Watawasaubil haq watasaubil sabri..