PENGANTAR
Mas’ud
Umar Atanggae. Program PascaSarjana, Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial. Undana. Juli 2011. Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Kerja dan
Komitmen Kerja Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 6 Kupang. Komisi Pembimbing;
Prof. Dr. Elias Kopong, M.Ed. Dr. Uda Geradus, M.Pd
Tujuan
Penelitian ini adalah; (1) Mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja
guru. (2) Mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru. (3) Mengetahui
pengaruh komitmen kerja terhadap kinerja guru. (4) Mengetahui pengaruh budaya
organisasi, motivasi kerja dan komitmen kerja secara simultan terhadap kinerja
guru.
Penelitian
ini mengambil sampel pada SMK N 6 Kupang, dengan jumlah responden sebanyak 50
orang. Pengumpulan data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
wawancara, dan pengisihan kuisioner (angket) dengan skala 1-5 untuk mengetahui
presepsi responden terhadap variabel yang diteliti. Data penelitian ini
dianalisis menggunakan analisis Regresi Linear Berganda dengan softwere SPSS.
Kata
Kunci; Budaya Organisasi. Motivasi Kerja. Komitmen Kerja. Kinerja Guru.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dewasa ini jajaran pemerintah
melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dengan unit kerjanya mempunyai
tugas yang semakin berat seiring dengan tuntutan masyarakat akan
penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good
governance). Kesadaran masyarakat tentang perlunya keterbukaan
(transparansi) dan pertanggungjawaban (accoumtability).
Penyelenggaraan pendidikan yang baik mau tidak mau menuntut daya kemampuan
sumberdaya manusia di bidang pendidikan untuk dapat berkompetensi di dunia
global saat ini.
Sekolah sebagai
sebuah intitusi organisasi dibawah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga merupakan
lembaga pelayanan pendidikan yang pemegang peranan penting untuk terciptanya
masyarakat berkualitas. Melalui fungsinya sekolah harus memberikan pelayanan
pendidikan tearah dan sistematis yang dilaksanakan oleh seluruh tenaga
kependidikan di sekolah tersebut.
Menurut Sedarmayanti
(2001:15), sumberdaya manusia merupakan aset utama suatu organisasi yang
menjadi perencanaan dan pelaksanaan aktif dari setiap kegiatan organisasi, oleh
karena itu dalam budaya organisasi persekolahan dukungan sumberdaya manusia
guru menjadi kunci utama tercapainya tujuan organisasi tersebut.
Guna meningkatkan
kualitas pendidikan, pemerintah sejak tahun 2006 lalu meluncurkan program
sertifikasi guru (UU Guru dan Dosen No 14 tahun 2006) yang tujuannya tentu saja
meningkatkan kemampuan dan kualifikasi guru yang berimplikasi pada peningkatan
penghasilan para guru, tentunya bermuara pada peningkatan budaya organisasi
yang baik, motivasi kerja, dan komitmen kerja para guru yang akan berdampak pada
kinerja guru dan peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Syaiful Sagala
(2006:52), mengatakan bahwa guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Budaya organisasi
sekolah sangat berpengaruh menciptakan suasana yang menjadikan guru senang dan
termotivasi untuk mengajar, dan siswa senang dan termotivasi untuk belajar.
Kesuksesan pendidikan di sekolah menengah kejuruan (SMK) salah satunya
bergantung pada peranan guru, karena itu seorang guru harus memiliki kompetensi
di bidangnya.
Budaya organisasi ini
merupakan salah satu peluang untuk membangun sumberdaya manusia melalui aspek
perubahan sikap dan perilaku guru yang diharapkan mampu menyesuaikan diri
dengan tantangan yang sedang berjalan dan yang akan datang. Budaya organisasi
merupakan suatu kekuatan sosial yang tidak tampak, yang dapat menggerakkan
orang-orang dalam suatu organisasi untuk melakukan aktivitas kerja. Iklim kerja
persekolahan di SMK Negeri 6 Kupang ini menggambarkan kurangnya fasilitas yang
mendukung pekerjaan, suasana yang menunjukan kurang percaya antara teman atau
bawahan dan kurang kerja sama. Apa bila kondisi iklim seperti ini tidak
mendapat sentuhan manajemen yang baik maka akan menghasilkan kinerja rendah.
Mencermati pendapat
diatas (Sedermayanti), terkandung makna bahwa penyelesaian pekerjaan secara
optimal, cepat dan tepat pada waktunya yang dilakukan oleh guru sangat
dipengaruhi oleh motivasi kerja, komitmen, iklim kerja organisasi, gaya
kepemimpinan, mempunyai moral dan rasa tanggungjawab terhadap pekerjaan yang
diembannya sesuai uraian tugas (job
description).
Motivasi kerja adalah
sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja baik dari dalam individu
maupun dari luar individu, sehingga pemimpin perlu memberikan motivasi di
sekolah ini demi meningkatkan kinerja guru. Griffin dan Moorhead (1986:142)
mengatakan bahwa kinerja seseorang dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan dan
lingkungan. Motivasi berperan penting dalam meningkatkan aktivitas kerja, sebab
seorang yang mempunyai motivasi tinggi akan berusaha semaksimal mungkin dalam
menyelesaikan pekerjaan agar dapat berhasil sebaik-baiknya. Motivasi kerja yang
demikian akan membuat guru bergairah dalam bekerja sehingga kinerja guru semakin
meningkat. Manulangga (2009) mengatakan salah satu permasalahan dalam motivasi
kerja yaitu kenyataannya masih ditemukan guru-guru kurang termotivasi dalam
menjalankan tugas-tugas keguruannya disebabkan oleh kurangnya mendapatkan rangsangan
dan perhatian dari lembaga pendidikan yang bersangkutan. (Pos Kupang, tanggal
15 Oktober 2009)
Komitmen kerja yang
bagus merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru. Apabila seseorang
dengan penuh kesadaran dan kemauan untuk berbuat atau menjalankan tugas dalam
sebuah organisasi akan memberikan hasil yang baik atas pekerjaanya. Guru
sebagai tenaga pengajar tentunya harus memiliki komitmen yang tinggi dalam
menjalankan tugasnya karena komitmen merupakan suatu proses yang dapat
menumbuhkan perasaan untuk mempertahankan dan meningkatakan tujuan organisasi
sekolah secara objektif melalui kepatuhannya menjalankan seluruh amanah
organisasi sekolah (Panji Anoraga, 2006:56).
Terhadap kondisi
seperti ini, Lake (2009) mengatakan bahwa betapa pemanfaatan waktu kerja yang
merupakan upaya paling dasar dari produktifitas kerja, banyak diabaikan, bahkan
secara sengaja dilanggar. Banyak diantara guru yang mengisi waktu dengan duduk
ngobrol, main catur, geme, facebook atau ijin keluar. Hal ini menunjukan
situasi yang tidak berlomba-lomba dalam menyelesaikan pekerjaan mereka dengan
kata lain mereka terbiasa dengan situasi tidak berkompetisi.(Pos Kupang kolom
opini, tanggal 2 Agustus 2009).
Bertolak dari uraian
diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengungkapkan
bagimana pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja, dan komitmen kerja terhadap
kinerja guru pada SMK Negeri 6 Kupang.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan riset
problem tersebut diatas maka pertanyaan peneliti dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1.
Apakah
budaya organisasi berpengaruh pada kinerja guru?
2.
Apakah
motivasi kerja berpengaruh pada kinerja guru?
3.
Apakah
komitmen kerja berpengaruh pada kinerja guru?
4.
Apakah
ada pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja, dan komitmen kerja secara
simultan terhadap kinerja guru?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.
Mengetahui
pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja guru.
2.
Mengetahui
pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja guru.
3.
Mengetahui
pengaruh komitmen kerja terhadap kinerja guru.
4.
Mengetahui
pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja dan komitmen kerja secara simultan
terhadap kinerja guru.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat
teoritis; yaitu diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan pendidikan ilmu pengetahuan
sosial khususnya terutama teori budaya organisasi, motivasi kerja, komitmen
kerja dan kinerja guru.
2.
Manfaat
praktis; yaitu diharapkan dapat menambah pengetahuan di dunia pendidikan, bila
penelitian ini juga dapat digunakan untuk meningkatkan budaya organisasi, motivasi kerja, komitmen
kerja, terhadap kinerja guru yang positif pada tenaga kependidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Budaya
Organisasi
2.1.1.
Pengertian Budaya Organisasi
Persoalan budaya
organisasi dalam suatu lembaga sudah menjadi penting untuk diketahui demi
peningkatan kinerja pada lembaga tersebut. Budaya organisasi dapat
didefenisikan sebagai perangkat sistem nilai-nilai (volues), keyakinan-keyakinan (beliefs),
asumsi-asumsi (assumptions), atau
norma-norma yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti oleh para anggota
suatu organisasi sebagai pedoman perilaku dan pemecahan masalah-masalah
organisasinya (Sutrisno, 2010).
William (dalam Desslen, 1996) merumuskan bahwa
budaya organisasi juga disebut budaya perusahaan, yaitu seperangkat nilai-nilai
atau norma-norma yang telah relatif lama berlakunya, dianut bersama oleh para
anggota organisasi (karyawan) sebagai norma perilaku dalam menyelesaikan
masalah-masalah organisasi (perusahaan). Dalam budaya organisasi terjadi
sosialisasi nilai-nilai dan menginternalisasi dalam diri para anggota, menjiwai
orang perorang didalam organisasi. Dengan demikian, maka budaya organisasi
merupakan jiwa organisasi dan jiwa para anggota organisasi (Klimann, et al.
1988).
Sutrisno (2010:3)
mengemukakan bahwa, budaya organisasi merupakan suatu kekuatan sosial yang
tidak tampak, yang dapat menggerakan orang-orang dalam suatu organisasi untuk
melakukan aktivitas kerja.
2.1.2.
Fungsi
dan Nilai-Nilai Budaya Organisasi.
Dari sisi fungsi,
budaya organisasi mempunyai beberapa fungsi. Pertama, budaya mempunyai suatu peran pembeda, berarti budaya kerja
menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan organisasi lain.
Kedua, budaya organisasi membawa
suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. Ketiga, budaya organisasi mempermuda timbul pertumbuhan komitmen
pada sesuatu yang lebih luas dari pada kepentingan diri individual. Keempat, budaya organisasi itu
meningkatkan kemantapan sistem sosial. (Robbins, 2001).
Dalam hubungan dengan
segi sosial, budaya berfungsi sebagi perekat sosial yang membantu mempersatukan
organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk apa yang
harus dikatakan dan dilakukan oleh para karyawan (anggota). Budaya berfungsi
sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap
serta perilaku para karyawan. (Gibson, 1996).
2.1.3.
Pembentukan Budaya Organisasi.
Umumnya budaya
organisasi diciptakan oleh pendiri atau lapisan masyarakaat paling atas (top management), yang mendirikan atau
merintis organisasi tersebut. Strategi yang ditetapkan oleh orang-orang
tersebut, lalu digunakan sebagai petunjuk dan pedoman bawahan mereka dalam
pelaksanakan tugas. Bila implementasi strategi itu berhasil baik dan bertahan
berapa tahun, maka filosofi atau visi yang diyakini akan berkembang menjadi
budaya organisasi. (Cheki dalam Sutrisno,
2010).
Hatch (1997) dalam
teorinya mengatakan untuk memahami asumsi dasar pembentukan budaya organisasi
di jabarkan dalam 6 (enam) dimensi yaitu : (1). Hubungan dengan lingkungan. (2).
Hakekat kegiatan manusia. (3). Hakekat realitas dan kebenaran. (4). Hakekat
waktu. (5). Hakekat sifat manusia. (6). Hakekat hubungan antara manusia.
2.1.4.
Karakteristik
Budaya Organisasi.
Yulk (2007) perilaku pemimpin adalah kemampuan
individu untuk mempengaruhi, memotivasi dan membuat orang lain mampu memberikan
kontribusinya demi efektifitas dan keberhasilan organisasi.
Menurut Sutrisno
(2010), ada beberapa faktor yang menunjukan ciri budaya organisasi, antara lain
sebagai berikut :
1.
Inovasi, yakni sejauh mana
organisasi mendukung gagasan yang dilahirkan, penyampaian hal lain yang
signifikan, menjual gagasan secara efektif, merencanakan proses perkembangan dan
mengatasi berbagai rintangan.
2.
Orentasi hasil, yakni tingkat
sejauh mana organisasi berorentasi pada kinerja menuntut hasil dan mendukung
harapan yang tinggi.
3.
Orentasi tim, yakni tingkat
sejauh mana organisasi berorentasi tim dan mendukung kolaborasi.
2.1.5.
Konsep
Manajemen Berbasis Sekolah.
Sagala (2010)
mengatakan bahwa manajemen pendidikan adalah suatu kegiatan atau rangkaian
kegiatan yang berupa proses pengelolaan usaha kerja sama sekelompok manusia
yang tergabung dalam organisasi pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya agar efektif dan efeisien.
Untuk memahami
prinsip-prinsip manajemen sekolah sehingga memperoleh hasil yang paling efektif
dengan mengacu pada visi misi sekolah, yakni menjalankan fungsi pokok program
sekolah yang ditampilkan oleh seorang manajer atau pimpinan sekolah sebagai
penanggungjawab institusi sekolah, guru sebagai penanggungjawab pelayanan
belajar pada peserta didik, dan tenaga kependidikan sebagai penanggungjawab
pelayanan teknis kependidikan di sekolah yang menerapkan fungsi-fungsi
manajemen dengan merujuk pada pemikiran Terry (1977) dalam Sagala (2010) yang meliputi ; perencanaan (plaining), pengorganisasian
(organizing), Penggerakan (actuating),
Pengkoordinasian, Pengawasan (controlling).
a.
Perencanaan
(plaining)
(Banghart dan Trull,
1973).
b.
Pengorganisasian
(organizing)
Sagala (2010). Terry (1977). Fattah (2008:71)
c.
Penggerakan
(actuating)
Terry (1977). Handoko (2003.
d.
Pengkoordinasia
(coordination).
Handoko (2003). Purwanto (2004)
e.
Pengawasan
(controlling).
Sutisna (1983). Nawawi (1982)
manusia dalam
mengontrol para personal pendidikan.
2.1.6.
Sekolah
Sebagai Organisasi.
Nawawi (1982),
menjelaskan sekolah tidak boleh diartikan hanya sebuah ruangan atau gedung
saja, tempat anak berkumpul dan mempelajari sejumlah materi pengetahuan. Tetapi
sekolah sebagai institusi yang peranannya jauh lebih luas dari pada itu.
Kemudian sekolah sebagai lembaga pendidikan yang terikat akan norma dan budaya
yang mendukungnya sebagai suatu sistem nilai.
2.1.7.
Pengertian
Motivasi Kerja
Buchari
(1989) mengatakan motivasi diartikan sebagai kekuatan (energi) sesorang yang
dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalm melaksanakan suatu
kegiatan baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari
luar individu. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak
menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks
belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
1.2.2.
Faktor-Faktor
Motivasi Kerja
Menurut Price (1968),
Faktor yang mendukung motivasi untuk berbuat yaitu, faktor individu dan faktor
organisasi. Teori motivasi yang
dikembangkan oleh Abraham Maslow (dalam Sagala,
2010) pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat
kebutuhan yaitu; (1), kebutuhan
fisiologis, kebutuhan ini merupakan kebutuhan paling rendah tingkatannya
dan memerlukan pemenuhan paling
mendesak, misalnya kebutuhan akan makanan, minuman, air, udara. (2), kebutuhan rasa aman, meruapakan suatu
kebutuhan yang mendorong individu untuk ketentraman, kepastian dan keteraturan
dari keadaan lingkungannya, misalnya kebutuhan akan pakaian, tempat tinggal dan
perlindungan atas tindakan yang sewenang-wenang. (3), kebutuhan kasih sayang, kebutuhan ini mendorong individu untuk
melakukan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik
dengan sesama jenis maupun berlainan jenis di lingkungan keluarga atau
masyarakat, misalnya rasa disayangi, diterima dan dibutuhkan orang lain. (4), kebutuhan akan rasa harga diri/penghargaan, kebutuhan ini terdiri dari dua bagian yaitu
penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri dan penghargaan dari orang
lain, misalnya hasrat untuk memperoleh kekuatan pribadi dan mendapat
penghargaan atas apa yang dilakukannya. (5), kebutuhan akan aktualisasi diri,
2.2. Komitmen Kerja
2.2.1.
Pengertian Komitmen
Organisasi pada
dasarnya merupakan suatu bentuk kelompok sosial yang terdiri dari beberapa
anggota yang mempunyai presepsi bersama tentang kesatuan mereka, masing-masing
anggota mendapat reward untuk
mencapai tujuan bersama dan diantara anggota mengalami interdepedensi
(ketergantungan) antara satu sama lain dalam menjalankan tugas. Fiedler (dalam Muchlas, 2008).
2.2.2.
Membangun Komitmen Kerja
Komitmen kerja pada
sebuah organisasi dalam penelitian ini adalah keinginan guru untuk tetap
mempertahankan profesinya dalam organisasi dan bersedia melakukan usaha bagi
pencapaian tujuan organisasi (sekolah). Penjabaran dari konsep ini dijelaskan
oleh Porter (1985) dalam Wahyudi
(2009), yang meliputi :
1.
Kemauan. Yaitu kemauan
menunjukan pada keinginan untuk berbuat dan melaksanakan sesuatu dengan
sungguh-sungguh.
2.
Kesetiaan. Secara umum
kesetiaan menunjukan pada tekad dan kesanggupan menaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang disertai penuh kesadaran dan tanggung jawab.
3.
Kebanggaan. Anggota memiliki
komitmen pada organisasi tentu akan merasa bangga dapat bergabung dengan
organisasi.
2.3.
Kinerja
Guru
2.3.1.
Pengertian
Kinerja Guru
Lawler dan Porter (dalam As’ad, 1991:47) mengatakan bahwa
kinerja adalah “successful role
achievement” diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya. Menurut
Gibson (2003), job performance adalah
hasil dari pekerjaan yang terikat dengan tujuan organisasi, efisiensi kinerja
dan keefektifan kinerja lainnya. Sementara menurut Iiyas (1999), kinerja adalah
penampilan hasil kerja personil dalam suatu organisasi. Penampilan hasil karya
tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural
tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil didalam organisasi.
2.3.2.
Faktor-faktor
yang menentukan tingkat kinerja guru
Dalam dunia persekolahan
menurut Sagala (2010), untuk melihat sebuah kinerja guru, maka perlu dilihat
beberapa aspek antara lain :
1.
Hasil kerja; Hasil kerja nyata
yang didapat oleh guru dan merupakan hasil kerja yang optimal yang diraih dari standar
dan waktu yang ditentukan.
2.
Kemampuan; Suatu ukuran kerja
yang mencakup keefektifan dan keefisienan dalam hal kecakapan dan kesanggupan
seorang guru melaksanakan tugas hingga tuntas. Memiliki keterampilan dalam
memanfaatkan sarana yang ada.
3.
Sikap; Sebagai seorang
guru memiliki perilaku yaitu semangat kerja yang tinggi, memiliki kepribadian
yang kuat seperti kejujuran, kesopanan, kepercayaan diri. Dan guru berani
mengambil keputusan dan berani mengambil resiko.
2.3.3.
Guru
sebagai pendidik dan penanggung jawab pembelajaran
Dalam melaksanakan
tugasnya seorang guru tidak hanya menguasahi bahan ajar dan memiliki kemampuan
teknis edukatif, tetapi harus memiliki juga kepribadiaan dan integritas pribadi
yang dapat diandalkan sehingga menjadi sosok panutan bagi peserta didik,
keluarga maupun masyarakat.
2.4.
Kerangka
Berpikir dan Hipotesis.
2.4.1.
Kerangka
Berpikir
Gambar 2.3
Model kerangka berpikir
Keterangan :
-------------
Simultan.
2.4.2.
Hipotesis
1.
Ada
pengaruh yang signifikan antara variabel Budaya organisasi (X1) terhadap
variabel kinerja guru (Y).
2.
Ada
pengaruh yang signifikan antara variabel Budaya organisasi (X1) terhadap
variabel kinerja guru (Y).
3.
Ada
pengaruh yang signifikan antara variabel Motivasi kerja (X2) terhadap variabel
kinerja guru (Y).
4.
Ada
pengaruh yang signifikan antara variabel Komitmen kerja (X3) terhadap variabel
kinerja guru (Y).
5.
Ada
pengaruh yang signifikan antara variabel budaya organisasi (X1), variabel
motivasi kerja (X2), dan variabel komitmen kerja (X3) secara simultan terhadap
kinerja guru (Y)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Lokasi
Penelitian
Penelitian ini akan
dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 6 Kupang.
3.2.
Waktu
Penelitian
Penelitian akan
dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan April 2011.
3.3.
Paremeter
Operasional dan Pengukuran Variabel
Menurut Sujana
(1996). Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel
dependen. Variabel yang diklasifikasikan dalam penelitian ini adalah; (1).
Budaya Organisasi sebagai variabel independen (X1). (2). Motivasi Kerja sebagai
variabel independen kedua (X2). (3). Komitmen Kerja sebagai variabel
ndependen ketiga (X3). (4). Kinerja Guru sebagai variabel dependen (Y).
3.4.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua guru SMK Negeri 6 Kupang yang berjumlah 50 orang.
Agar yang menjadi responden pada penelitian ini sesuai dengan kriteria yang
ditentukan, maka semua responden yang ditentukan didasarkan pada informasi atau
data kepegawaian yang diperoleh dari pihak kepegawaian SMK Negeri 6 Kupang.
Mengingat jumlah
populasinya kecil maka teknik penentuan sampel menggunakan Sampling jenuh (sensus), yaitu semua anggota populasi di jadikan
sampel (Sugiyono, 2004:78), maka jumlah sampel dalam penelitian sebesar 50
orang guru.
3.5. Metode Pengumpulan
Data
1.
Sumber
Data
Data Primer, yaitu
data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuisioner yang
diberikan pada responden barkaitan dengan
pengaruh budaya organisasi, motivasi kerja dan komitmen kerja terhadap
kinerja guru SMK Negeri 6 Kupang. Kedua.
Data Sekunder, data yang diambil dari lembaga yang berhubungan dengan penelitian
yang dilakukan, yaitu dokumen sekolah dan pustaka yang berkaiatan dengan
penelitian.
2.
Teknik
Pengambilan Data.
a.
Kuisioner
3.6. Skala dan Pengukuran
Data
Pengukuran
dari data yang berkaitan dengan variabel bebas maupun terikat menggunakan skala likert.
3.7. Pengujian Instrumen Penelitian
3.7.1.
Uji
Validitas (keabsahan)
(Sugiyono, 2004).
3.7.2.
Uji
Reliabilitas (keterandalan).
(Nunnaly, 1967 dalam Ghozali, 2005:42).
3.7.3.
Uji
Asumsi Klasik
Berdasarkan uraian di
atas maka penyimpangan terhadap asumsi klasik yang perlu di deteksi adalah:
1.
Uji
Normalitas.
(Santoso, 2004).
2.
Uji
Multikolinieritas.
(Gujarati, 1995). (Santoso,
2004).
3.
Uji
Homogenitas.
3.8. Teknik Analisis Data.
3.8.1.
Analisis
Regresi Linear Berganda
Dalam penelitian ini menggunakan
metode analisis regresi linear berganda, hal ini menunjukkan hubungan
(korelasi) antara kejadian lainnya. Karena terdapat lebih dua variabel, maka
hubunga linear dapat dinyatakan dalam persamaan linier berganda. Regresi
berganda dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh perubahan dari suatu variabel
independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005). Dalam pengelolaan data,
proses perhitungan regresi menggunakan bantuan program SPSS versi 17,0.
Persamaan yang diperoleh dalam analisis data tersebut adalah sebagai berikut.
Y = a
+ a1X1 + a2X2 + a3X3 + e
3.8.2.
Pengujian
Hipotesis
1.
Pengujian
hipotesis pertama, kedua, dan ketiga.
Pengujian hipotesis menggunakan uji t.
uji t dimaksudkan untuk menguji apakah koefisien regresi variabel bebas
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.
2.
Pengujian
hipotesis ke empat.
Untuk membuktikan hipotesis ketiga,
digunakan uji F untuk menguji apakah variabel bebas secara simultan mempunyai
pengaruh signifikan terhadap nilai variabel tidak bebas (Gujarati, 1999)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat SMK Negeri 6 Kota Kupang
Perjalanan kehidupan umat manusia tidak akan
pernah terlepas dari perkembangan nilai sejarah, baik masa lampau, masa kini
dan masa yang akan datang, karena dengan memahami masa lalu akan melahirkan ide
atau gagasan untuk menata masa depan yang lebih baik.
Memahami sejarah akan memberikan gambaran yang
pasti dalam mengungkapkan peristiwa dan kejadian sebagai bahan renungan untuk
merefleksi kehidupan dimasa sekarang serta memprofeksikan kejadian-kejadian
dimasa mendatang. Menelusuri sejarah berarti mengungkapkan rangkaian peristiwa
dan kejadian yang telah terjadi, baik dari aspek waktu, tokoh, tempat, serta
kronologis terjadinya sebuah peristiwa. Kajian ini terasa penting, karena
mengungkapkan peristiwa atau kejadian demi untuk mengelaborasi oetentitas dan
akurasi keberadaan sejarah masa sekarang, dan sangat tergantung seberapa jauh
kita mengapresiasi dan menelusuri jejak-jejak peristiwa yang perna terjadi
dalam perjalanan kehidupan manusia. Itulah sebuah ungkapan untuk mengawali
latar belakang sejarah SMK Negeri 6 Kota Kupang.
Secara historis SMK Negeri 6 Kota Kupang yang
telah berdiri sejak tahun 2003, merupakan SMK Negeri alih fungsi dari SMP
Negeri 8 Kupang sesuai SK Walikota Kupang No 27, Tahun 2003 Tanggal 1 Oktober
2003 dan diperbaharui dengan SK Walikota No 47/KEP/PK/2006 Tanggal 29 April
2006, tentang alih fungsi Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/Program Pendidikan
Kejuruan menjadi Sekolah Menengah Kejuruan. Maka pada tahun pertama SMK Negeri
6 Kupang menerima siswa baru dari tahun ketahun dengan program keahlian
Sekretaris dan Akuntansi, Bisnis dan Manajemen, untuk bidang keahlian Teknologi
Informasi dan Komunikasi memiliki program keahlian Teknik Komputer dan Jaringan
(RPL), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), dan Multimedia (MM).
SMK Negeri 6 Kupang sebagai salah satu
lembaga pendidikan kejuruan yang didirikan pada tahun 2003, semenjak berdirinya
berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi siswa-siswinya, baik dari segi
pelayanan maupun dari kualitas sumberdaya manusia. Hal ini sesuai dengan visi
dan misi yang diembannya, yaitu; Visi : Disiplin, Unggul, Terdepan,
Berprestasi, dan Terampil. Misi : (1) Menyiapkan tenaga kerja menengah yang
profesional dalam bisnis manajemen dan teknologi informatika. (2) Menyiapkan
tenaga kerja menengah yang mampu bersaing menghadapi era globalisasi. (3)
Menyiapkan tenaga kerja mandiri sesuai standar industri.
4.1.2. Organisasi dan Tim Manajemen SMK Negeri 6 Kota
Kupang
4.1.3. Profil SMK Negeri 6 Kota Kupang
Tabel 4.1
Data Rombongan
Belajar Tahun Pelajaran 2010/2011
No
|
Prog. Keahlian
|
Kelas
|
Jmlh
|
||
10 (X)
|
11(XI)
|
12 (XII)
|
|||
1
|
Admi.
Perkantoran
|
2
|
2
|
2
|
6
|
2
|
Akuntansi
|
1
|
1
|
2
|
4
|
3
|
TKJ
|
1
|
1
|
1
|
3
|
4
|
RPL
|
1
|
1
|
1
|
3
|
5
|
MM
|
1
|
1
|
1
|
3
|
Jumlah Seluruhnya
|
6
|
6
|
7
|
19
|
Sumber : TU SMK N. 6 Kupang, 2011
Tabel 4.4
Data Guru SMK N. 6
Kupang Tahun 2010/2011
No
|
Guru
|
Jenjang Pendidikan
|
Status Kepegawaian
|
Jenis Kelamin
|
Jml
|
||||
Dip.
|
S1
|
S2
|
PNS
|
GTT
|
L
|
P
|
|||
1
|
Normatif/Adaptif
|
2
|
22
|
2
|
22
|
4
|
13
|
13
|
26
|
2
|
Produktif
|
2
|
19
|
2
|
13
|
10
|
10
|
13
|
23
|
3
|
BP
|
-
|
1
|
-
|
1
|
-
|
-
|
1
|
1
|
Jumlah Seluruhnya
|
4
|
42
|
4
|
36
|
14
|
23
|
27
|
50
|
Sumber :
TU SMK N. 6 Kupang, 2011
Tabel 4.5
Data Pegawai SMK N. 6
Kupang Tahun 2010/2011
No
|
Pegawai
|
Jenjang Pendidikan
|
Status Kepegawaian
|
Jenis Kelamin
|
Jml
|
||||
SLTA
|
Dip.
|
S1
|
PNS
|
Pegawai Honor
|
L
|
P
|
|||
1
|
Tata
Usaha (TU)
|
3
|
-
|
3
|
2
|
4
|
3
|
3
|
6
|
2
|
Keuangan
|
2
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
2
|
2
|
3
|
Keamanan
|
2
|
-
|
-
|
-
|
2
|
2
|
-
|
2
|
4
|
Teknisi
|
1
|
-
|
-
|
-
|
1
|
1
|
-
|
1
|
Jumlah Seluruhnya
|
8
|
-
|
3
|
4
|
7
|
6
|
5
|
11
|
Sumber :
TU SMK N. 6 Kupang, 2011
4.2.
Gambaran Umum Responden.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa responden dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Negeri 6 Kota
Kupang yang berjumlah 50 orang. Adapun karakteristik responden dalam penelitian
ini mencakup jenis kelamin, usia, status perkawinan, tingkat pendidikan
terakhir, masa kerja, status dalam pekerjaan. Deskripsi karakteristik responden
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel, yaitu :
Tabel 4.6
Karateristik
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin
|
||
Jenis kelamin
|
Frekuensi (orang)
|
Persentase (%)
|
Pria
|
23
|
46
|
Wanita
|
27
|
54
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Sumber : Data primer
(diolah), 2011
Tabel 4.7
Karateristik
Responden Berdasarkan Usia
Usia
|
||
Usia responden
(tahun)
|
Frekuensi (orang)
|
Persentase (%)
|
25 – 35
|
28
|
56
|
36 – 45
|
10
|
20
|
46 – 60
|
12
|
24
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Sumber : Data primer
(diolah), 2011
Tabel 4.8
Karateristik
Responden Berdasarkan Status Perkawinan
Status perkawinan
|
||
Status perkawinan
|
Frekuensi (orang)
|
Persentase (%)
|
Menikah
|
35
|
70
|
Belum Nikah
|
15
|
30
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Sumber : Data primer
(diolah), 2011
Tabel 4.9
Karateristik
Responden Berdasarkan Pendidikan
Tingkat pendidikan
terakhir
|
||
Tingkat pendidikan
|
Frekuensi (orang)
|
Persentase (%)
|
Diploma/Sarjana Muda
|
4
|
8
|
Strata Satu
|
42
|
84
|
Strata Dua
|
4
|
8
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Sumber : Data primer
(diolah), 2011
Tabel 4.10
Karateristik
Responden Berdasarkan Status Kepegawaian
Status Pekerjaan
|
||
Kelompok Jenis
pekerjaan
|
Frekuensi (orang)
|
Persentase (%)
|
Pegawai Negeri Sipil
|
36
|
72
|
GTT
|
14
|
28
|
Jumlah
|
50
|
100
|
Sumber : Data primer
(diolah), 2011
4.3. Uji Validitas
dan Reliabilitas Instrumen Penelitian.
4.3.1. Uji Validitas dan
Reliabilitas Variabel Budaya Oraganisasi (X1)
Hasil uji
validitas dan reliabilitas n (X1) dapat dilihat pada
tabel 4.11. berikut ini :
Tabel :4.11. Uji Validitas dan
Reliabilitas Variabel Budaya Oraganisasi
Kelompok
|
Indikator
|
Nomor
item
|
Validitas
|
Ket
|
Koefisien
Alpha
|
Nilai kritis
|
ket
|
|
Korelasi
|
Nilai kritis
|
|||||||
Budaya
Organisasi
(X1)
|
X1.1
|
x1.1.1
|
0,663
|
0,30
|
Valid
|
0,845
|
0,60
|
reliabel
reliabel
|
x1.1.2
|
0,550
|
0,30
|
Valid
|
|||||
x1.1.3
|
0,663
|
0,30
|
Valid
|
|||||
X1.2
|
x1.2.1
|
0,519
|
0,30
|
Valid
|
||||
x1.2.2
|
0,519
|
0,30
|
Valid
|
|||||
X1.3
|
x1.3.1
|
0,633
|
0,30
|
Valid
|
||||
x1.3.2
|
0,620
|
0,30
|
Valid
|
|||||
x1.3.3
|
0,681
|
0,30
|
Valid
|
|||||
X1.4
|
x1.4.1
|
0,566
|
0,30
|
Valid
|
||||
x1.4.2
|
0,681
|
0,30
|
Valid
|
|||||
x1.4.3
|
0,500
|
0,30
|
Valid
|
Sumber
: Data primer diolah (2011), pada lampiran 3 ………
4.3.2. Uji Validitas dan Reliabilitas variabel Motivasi Kerja (X2)
Hasil uji
validitas dan reliabilitas Motivasi Kerja (X2) dapat dilihat pada
tabel 4.12 berikut ini
:
Tabel :4.12. Uji Validitas dan
Reliabilitas Variabel Motivasi Kerja
Kelompok
|
Indikator
|
Nomor
item
|
Validitas
|
Ket
|
Koefisien
Alpha
|
Nilai kritis
|
ket
|
|
Korelasi
|
Nilai kritis
|
|||||||
Motivasi Kerja
(X2)
|
X.2.1
|
x2.1.1
|
0,532
|
0,30
|
Valid
|
0,785
|
0,60
|
reliabel
|
X2.1.2
|
0,607
|
0,30
|
Valid
|
|||||
X.2.2
|
x.2.2.1
|
0,611
|
0,30
|
Valid
|
||||
x2.2.2
|
0,692
|
0,30
|
Valid
|
|||||
X.2.3
|
x2.3.1
|
0,616
|
0,30
|
Valid
|
||||
X2.3.2
|
0,571
|
0,30
|
Valid
|
|||||
X.2.4
|
x2.4.1
|
0,440
|
0,30
|
Valid
|
||||
x2.4.2
|
0,548
|
0,30
|
Valid
|
|||||
X2.5
|
x2.5.1
|
0,549
|
0,30
|
Valid
|
||||
X2.5.2
|
0,656
|
0,30
|
Valid
|
Sumber : Data primer diolah (2011),
pada lampiran ………
4.3.3. Uji Validitas dan
Reliabilitas variabel
Komitmen Kerja (X3)
Hasil uji validitas
dan reliabilitas
Komitmen Kerja (X3) dapat dilihat pada tabel 4.13. berikut ini :
Tabel :4.13. Uji Validitas dan
Reliabilitas Variabel Komitmen Kerja
Kelompok
|
Indikator
|
Nomor
item
|
Validitas
|
Ket
|
Koefisien
Alpha
|
Nilai kritis
|
ket
|
|
Korelasi
|
Nilai kritis
|
|||||||
Komitmen Kerja
(X3)
|
X.3.1
|
X3.1.1
|
0,539
|
0,30
|
Valid
|
0,725
|
0,60
|
reliabel
|
X3.1.2
|
0,686
|
0,30
|
Valid
|
|||||
X.3.2
|
x.3.2.1
|
0,683
|
0,30
|
Valid
|
||||
X3.2.2
|
0,760
|
0,30
|
Valid
|
|||||
X.3.3
|
X3.3.1
|
0,569
|
0,30
|
Valid
|
||||
X3.3.2
|
0,
653
|
0,30
|
Valid
|
Sumber : Data primer diolah (2011), pada lampiran ………
4.3.4. Uji Validitas dan
Reliabilitas variabel
Kinerja Guru (Y)
Hasil uji
validitas dan reliabilitas Kinerja Guru (Y) dapat dilihat pada
tabel 4.14. berikut ini
:
Tabel :4.14. Uji Validitas dan
Reliabilitas Variabel Kinerja Guru
Kelompok
|
Indikator
|
Nomor
item
|
Validitas
|
Ket
|
Koefisien
Alpha
|
Nilai kritis
|
ket
|
|
Korelasi
|
Nilai kritis
|
|||||||
Kinerja Guru
(Y)
|
Y.1
|
Y1.1
|
0,368
|
0,30
|
Valid
|
0,738
|
0,60
|
reliabel
|
Y1.2
|
0,630
|
0,30
|
Valid
|
|||||
Y1.3
|
0,558
|
0,30
|
Valid
|
|||||
Y2
|
Y2.1
|
0,654
|
0,30
|
Valid
|
||||
Y2.2
|
0,532
|
0,30
|
Valid
|
|||||
Y3
|
Y3.1
|
0,683
|
0,30
|
Valid
|
||||
Y3.2
|
0,720
|
0,30
|
Valid
|
|||||
Y3.3
|
0,570
|
0,30
|
Valid
|
Sumber : Data primer diolah (2011), pada lampiran ………
4.4. Hasil Analisis Deskriptif.
Melalui
analisis deskriptif, disajikan gambaran umum variabel yang dapat diketahui
berdasarkan distribusi frekuensi masing-masing item pertanyaan yang diperoleh
dari jawaban responden melalui kuisioner kepada 50 orang guru tersebut hasilnya
dapat dijelaskan sebagaimana di bawah ini.
4.4.1. Variabel Inovasi (X1.1)
Berdasarkan
Tabel 4.15 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel inovasi bahwa dari 50 responden yang menjawab
pertanyaan tentang inovasi , rerata tertinggi terdapat pada item 2 yaitu 3.42.
Berarti guru selalu memiliki sikap inovasi dalam rangka memberikan perubahan
pada sekolah. Keseluruhan rata-rata jawaban responden terhadap pernyataan
ketiga item tersebut baik, hal ini
berarti presepsi responden dikategorikan baik tentang variabel
inovasi.
4.4.2. Variabel
Orentasi Hasil (X1.2)
Berdasarkan
Tabel 4.16 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel inovasi bahwa dari 50 responden yang menjawab
pertanyaan tentang orentasi hasil, rerata tertinggi pada item 2 yaitu 4.06.
Berarti organisasi sekolah selalu mendorong guru agar selalu mengedepankan
orentasi hasil. Keseluruhan rata-rata
jawaban responden terhadap pernyataan kedua item tersebut baik, hal ini berarti presepsi responden dikategorikan baik
tentang variabel orentasi hasil.
4.4.3. Variabel
Orentasi Tim (X1.3)
Berdasarkan
Tabel 4.17 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel inovasi bahwa dari 50 responden yang menjawab
pertanyaan tentang orentasi tim, rerata tertinggi pada item 1 dan 2 yaitu 3.84.
Berarti organisasi sekolah selalu mengutamakan orentasi tim pada setiap guru
yang melakukan pekerjaan. Keseluruhan rata-rata jawaban responden terhadap
pernyataan ketiga item tersebut baik, hal ini
berarti presepsi responden dikategorikan baik tentang variabel orentasi
tim.
4.4.4. Variabel
Perilaku Kepemimpinan (X1.4)
Berdasarkan
Tabel 4.18 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel perilaku kepemimpinan bahwa dari 50 responden yang
menjawab pertanyaan tentang perilaku kepemimpinan, rerata tertinggi pada item 2
dan 3 yaitu 3.68. Berarti perilaku pemimipin dijustifikasi sengat menjalankan
perannya sebagai seorang kepala sekolah. Keseluruhan rata-rata jawaban
responden terhadap pernyataan ketiga item tersebut baik, hall ini berarti presepsi responden dikategorikan baik
tentang variabel perilaku kepemimpinan.
4.4.5. Variabel Kebutuhan Fisiologi (X2.1)
Berdasarkan
Tabel 4.19 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel kebutuhan fisiologi bahwa dari 50 responden yang
menjawab pertanyaan tentang kebutuhan fisiologi, rerata tertinggi pada item 1
yaitu 3.90. Berarti guru dapat bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dari pendapatan
yang diperoleh. Keseluruhan rata-rata jawaban responden terhadap pernyataan
kedua item tersebut baik, hal ini
berarti presepsi responden dikategorikan baik tentang variabel kebutuhan
fisiologi.
4.4.6. Variabel
Kebutuhan Rasa Aman (X2.2)
Berdasarkan
Tabel 4.20 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel kebutuhan rasa aman bahwa dari 50 responden yang
menjawab pertanyaan tentang kebutuhan rasa aman, rerata tertinggi pada item 2
yaitu 3.94. Berarti kebutuhan rasa aman sangat dibutuhkan oleh guru dalam
menjalankan tugasnya. Keseluruhan rata-rata jawaban responden terhadap
pernyataan kedua item tersebut baik, hal ini
berarti presepsi responden dikategorikan baik tentang variabel kebutuhan
rasa aman.
4.4.7. Variabel
Kebutuhan Rasa Memiliki (X2.3)
Berdasrkan
Tabel 4.21 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel kebutuhan rasa memiliki bahwa dari 50 responden yang
menjawab pertanyaan tentang kebutuhan rasa memiliki, rerata tertinggi pada item
2 yaitu 3.70. Berarti kebutuhan rasa memiliki harus selalu terbangun pada
sekolah sehingga motivasi kerja tetap terjaga dengan baik. Keseluruhan
rata-rata jawaban responden terhadap pernyataan kedua item tersebut baik, hal
ini berarti presepsi responden
dikategorikan baik tentang variabel kebutuhan rasa memiliki.
4.4.8. Variabel
Kebutuhan Harga Diri (X2.4)
Berdasarkan
Tabel 4.22 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel kebutuhan harga diri bahwa dari 50 responden yang
menjawab pertanyaan tentang kebutuhan harga diri, rerata tertinggi pada item 1
yaitu 4.08. Berarti sekolah selalu memberikan penghargaan kepada guru yang giat
bekerja dan berprestasi. Keseluruhan rata-rata jawaban responden terhadap
pernyataan kedua item tersebut baik, hal ini
berarti presepsi responden dikategorikan baik tentang variabel kebutuhan
harga diri.
4.4.9. Variabel
Kebutuhan Perwujudan Diri (X2.5)
Berdasarkan
Tabel 4.23 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel kebutuhan perwujudan diri bahwa dari 50 responden yang
menjawab pertanyaan tentang perwujudan diri, rerata tertinggi pada item 2 yaitu
3.94. Berarti sekolah selalu memberikan keluasan pada guru untuk mengembangkan
diri. Keseluruhan rata-rata jawaban responden terhadap pernyataan kedua item
tersebut baik, hal ini berarti presepsi
responden dikategorikan baik tentang variabel kebutuhan perwujudan diri.
4.4.10. Variabel
Kemauan (X3.1)
Berdasarkan
Tabel 4.24 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel kemauan bahwa dari 50 responden yang menjawab
pertanyaan tentang kemauan, rerata tertinggi pada item 1 yaitu 3.90. Berarti
guru selalu bertanggung jawab pada setiap pekerjaan yang diberikan. Keseluruhan
rata-rata jawaban responden terhadap pernyataan kedua item tersebut baik, hal
ini berarti presepsi responden
dikategorikan baik tentang variabel kemauan.
4.4.11. Variabel
Kesetiaan (X3.2)
Berdasarkan
Tabel 4.25 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel kesetiaan bahwa dari 50 responden yang menjawab
pertanyaan tentang kesetiaan, rerata tertinggi pada item 2 yaitu 3.94. Berarti
seorang guru selalu ingin menjadi guru yang profesional. Keseluruhan rata-rata
jawaban responden terhadap pernyataan kedua item tersebut baik, hal ini berarti presepsi responden dikategorikan baik
tentang variabel kesetiaan.
4.4.12. Variabel
Kebanggaan (X3.3)
Berdasarkan
Tabel 4.26 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel kebanggaan bahwa dari 50 responden yang menjawab
pertanyaan tentang kebanggaan, rerata tertinggi pada item 2 yaitu 3.70. Berarti
guru merasa bangga dengan profesinya dan mersa bangga terhadap sekolahnya yang
mendapatkan prestasi. Keseluruhan rata-rata jawaban responden terhadap
pernyataan kedua item tersebut baik, hal ini
berarti presepsi responden dikategorikan baik tentang variabel
kebanggaan.
4.4.13. Variabel
Hasil Kerja (Y1)
Berdasarkan
Tabel 4.27 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel hasil kerja bahwa dari 50 responden yang menjawab
pertanyaan tentang hasil kerja, rerata tertinggi pada item 2 yaitu 3.94.
Berarti guru selalu menyelesaikan pekerjaan yang diberikan tepat waktu.
Keseluruhan rata-rata jawaban responden terhadap pernyataan ketiga item
tersebut baik, hal ini berarti presepsi
responden dikategorikan baik tentang variabel hasil kerja.
4.4.14. Variabel
Kemampuan (Y2)
Berdasarkan
Tabel 4.28 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel kemampuan bahwa dari 50 responden yang menjawab
pertanyaan tentang kemampuan, rerata tertinggi pada item 1 yaitu 3.94. Berarti
guru memiliki kecakapan untuk menyelesaikan tugas dengan tuntas. Keseluruhan
rata-rata jawaban responden terhadap pernyataan kedua item tersebut baik, hal
ini berarti presepsi responden
dikategorikan baik tentang variabel kemampuan.
4.4.14. Variabel
Sikap (Y3)
Berdasarkan
Tabel 4.29 diatas dapat dijelaskan jawaban responden berdasarkan item-item
pertanyaan dari variabel sikap bahwa dari 50 responden yang menjawab pertanyaan
tentang sikap rerata tertinggi pada item 3 yaitu 3.80. Berarti memiliki sikap
berani dalam mengambil sebuah resiko dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Keseluruhan rata-rata jawaban responden terhadap pernyataan ketiga item
tersebut baik, hal ini berarti presepsi
responden dikategorikan baik tentang variabel sikap.
4.5. Uji Asumsi Klasik.
4.5.1. Uji Normalitas
Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
(Ghozali,2005).
4.5.2. Uji Homoginitas.
Uji homoginitas menjelaskan bahwa
peneliti melakukan pengujian terhadap kesamaan untuk mengetahui seragam
tidaknya beberapa bagian sampel yang diambil dari populasi (Arikunto, 2002).
4.5.3. Uji Multikolinearitas.
Tabel: 4.30
Hasil Uji Multikoliniaritas
Model
|
Collinearity Statistics
|
|
Tolerance
|
VIF
|
|
X1
|
0.698
|
1.432
|
X2
|
0.126
|
7.956
|
X3
|
0.126
|
7.934
|
Sumber : Data primer
diolah. 2011
4.6. Hasil Analisis Data.
4.6.1. Analisis Regresi.
Dalam
pengelolaan data dengan menggunakan regresi linier berganda, dilakukan beberapa
tahap untuk mencari hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Berikut ini adalah hasil pengujian regresi linear berganda dengan menggunakan
program SPSS versi 17,0
Tabel 4.31
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Bebas
|
Standardized Coeffcients Beta
|
t – hitung
|
t-Tabel
|
Sig. t
|
Keterangan
|
|
X1
|
0.305
|
4.737
|
1,96
|
0.000
|
Signifikan
|
|
X2
|
1.442
|
9.509
|
1,96
|
0.000
|
Signifikan
|
|
X3
|
0.802
|
5.295
|
1,96
|
0.000
|
Signifikan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
R
|
= 0.931
|
|||||
RSquare
|
= 0.867
|
|||||
Adjusted RSquare
|
= 0.858
|
|||||
Fhitung
|
= 100.018
|
|||||
Sign.F
|
= 0.00
|
|||||
Alpha
|
= 0.05
|
|||||
Sumber: Data primer
diolah. 2011
Dari Tabel 4.31 tersbut di atas, maka dapat
diperoleh persamaan sebagai berikut : Y = 0.305 X1 + 1.442X2 + 0.802 X3 + e
Pada tabel tampak
bahwa koefisien korelasi berganda (R) sebesar 0,931 menunjukan bahwa terdapat
korelasi yang kuat antara kinerja guru dengan ketiga variabel independen.
Sedangkan nilai koefisien determinasi ganda (R Square) sebesar 0.867,
menunjukan bahwa variabel budaya organisasi, mitovasi kerja dan komitmen kerja
secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerj guru (Y).
Pada tabel 4.31
diatas menjelaskan hasil pengujian
secara simultan dan parsial pengaruh dari variabel-variabel budaya organisasi,
motivasi kerja dan komitmen kerja terhadap kinerja guru, pada bagian uji F
diperoleh nilai F hitung lebih
besar dari F tabel (100.018 >
2.81) dan koefisien determinasi sebesar 0.867 atau 86.7%. Nilai Adjusted RSquare menujukan
besar 0.858 atau 85,8% artinya bahwa
variabel-variabel budaya organisasi (X1), mitovasi kerja (X2) dan komitmen
kerja (X3) berpengaruh terhadap kinerja
guru (Y) dan sisa 14.2% (100% - 85.8% =
14.2%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian
ini.
Pengukuran secara
parsial dari masing – masing variabel budaya organisasi (X1), mitovasi kerja
(X2) dan komitmen kerja (X3) berpengaruh
terhadap kinerj guru (Y) di lakukan dengan uji t (sig. t <. 0.05).
Hasil uji t menunjukan seluruh koefisien adalah mempunyai pengaruh yang
signifikan.
4.6.2. Hasil Pengujian Hipotesis.
4.6.2.1 Pengujian Parsial
a. Pengujian Hipotesis H1.
Hipotesis H1 menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja
guru Hasil analisis
uji-t terhadap hubungan ini, diperoleh nilai t-hitung sebesar 4.737 lebih besar
di bandingkan dengan t-tabel 1.96 atau nilai sig sebesar 0.000 lebih kecil
dibandingkan dengan α 0,05 dan didukung oleh data, sehingga dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa variabel budaya organisasi (X1) berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap kinerja guru (Y)
b. Pengujian Hipotesis H2 :
Hipotesis H2 menyatakan secara parsial pengaruh langsung variabel motivasi kerja (X2) terhdap
kinerja guru (Y). Hasil analisis uji-t terhadap
hubungan ini, diperoleh nilai t-hitung sebesar 9.509 lebih besar di bandingkan
dengan t-tabel 1.96 atau nilai sig sebesar 0.000 lebih kecil dibandingkan
dengan α 0,05 dan didukung oleh data,
sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel motivasi kerja
(X2) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja guru (Y)
c. Pengujian Hipotesis H3
Hipotesis H3 menyatakan secara parsial pengaruh langsung variabel Komitmen Kerja (X3) terhdap
kinerja guru (Y). Hasil analisis uji-t terhadap
hubungan ini, diperoleh nilai t-hitung sebesar 5.295 lebih besar di bandingkan
dengan t-tabel 1.96 atau nilai sig sebesar 0.000 lebih kecil dibandingkan
dengan α 0,05 dan didukung oleh data sehingga dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa variabel Komitmen kerja (X3) berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap kinerja guru (Y)
4.6.2.2. Pengujian Simultan
a. Pengujian Hipotesis H4
Pada analisis yang dilakukan di peroleh F hitung
dengan nilai sebesar 100.018 (sig. F = 0.000), jadi dapat diketahui bahwa
signifikan F < 0.05 (0.000 <
0.05). Nilai F tabel pada tingkat α = 0.05 dengan nilai Regresi 3
dan jumlah residual sebanyak 46 pada derajat bebas (df) sebesar 2.81. F hitung
(100.018) > F tabel (2.81), ini menunjukan dalam penelitian ini
hipotesis diterima. Artinya secara simultan ketiga variabel bebas (budaya
organisasi, motivasi kerja, dan komitmen kerja) secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (kinerja guru).
4.7. Pembahasan Hasil Penelitian.
4.7.1. Pengaruh
Variabel Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Guru.
Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi terhadap kinerja guru. Dengan
t-hitung sebesar 4.737 (˃ 1.96) dan besarnya
pengaruh 0.305.
Hasil ini mununjukan bahwa semakin baik budaya organisasi akan semakin
meningkatkan kinerja guru.
Hasil temuan dari penelitian ini sejalan
dengan teori yang disampaikan oleh Anderson (1994) dalam Sutrisno (2010) mengatakan bahwa budaya organisasi yang
efektif tercermin pada adanya inovasi, kepercayaan, keterbukaan komunikasi
kepemimpinan yang mendapatkan masukan dan didukung oleh bawahan, pemecahan
masalah secara tim dan kemandirian kerja. Sementara itu Mintogoro (1997)
menyatakan bahwa budaya organisasi juga dapat dijadikan sebagai rantai pengikat
untuk menyamakan presepsi atau arah pandang anggota organisasi terhadap suatu
persoalan sehingga akan menjadi satu kekuatan tim untuk mencapai tujuan
organisasi. Selanjutnya Yulk (2007) menyatakan bahwa dalam sebuah organisasi
perilaku pemimpin harus mampu berkomunikasi secara baik, mengarahkan tugas
secara baik, dapat memberikan pengaruh dan dukungan moril demi efektifitas dan
keberhasilan organisasi.
Hasil penelitian ini relevan dengan hasil
kajian Sutrisno (2010), yang mengatakan bahwa budaya organisasi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru. Berdasarkan tanggapan para guru
yang menjadi responden penelitian, secara umum keempat demensi budaya
organisasi (inovasi, orentasi hasil, orentasi tim, dan perilaku kepemimpinan)
telah memenuhi harapan guru sehingga guru merasa puas, atau dengan kata lain
budaya organisasi berdasarkan keempat dimensi tersebut dapat menciptakan
kinerja guru pada SMK Negeri 6 Kota Kupang. Dengen demikian terbukti bahwa
budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru.
4.7.2. Pengaruh
Variabel Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru.
Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi kerja
terhadap kinerja guru. Dengan t-hitung sebesar 9.509 (˃1.96) dan besarnya pengaruh 1.442. Hasil ini mununjukan bahwa semakin baik
motivasi kerja akan semakin meningkatkan kinerja guru.
Hasil penelitian mendukung dan memperkuat
teori yang disampaikan oleh Armstrong (1997) dalam Nawawi (2003) yang mengatakan bahwa dalam melaksanakan
pekerjaan seseorang selalu membutuhkan kehangatan dalam hubungan antar pribadi,
kenyamanan, peduli orang lain dan penuh perhatian. Uno (2004) mengemukakan
bahwa motivasi kerja dipengaruhi; pertama, adanya kebutuhan-kebutuhan seseorang
demi kelangsungan hidupnya, misalnya lapar, haus. Kedua, motivasi yang dipengaruhi oleh lingkungan
yaitu kebutuhan akan rasa aman dalam bekerja dan lingkungan yang dapat
memberikan perwujudan aktualisasi diri seseorang.
Sejalan dengan hasil penelitian, Scott (1967)
mengatakan bahwa dalam meningkatkan kinerja, maka motivasi yang perlu
diperhatikan yaitu motivasi dasar yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
dasar individu. Artinya sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu
yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman
serta ingin berkembang.
Hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat
pendapat Abraham Maslow dalam Sagala
(2010) yang mengatakan bahwa motivasi kerja memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kinerja guru. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
dilihat bahwa secara umum para guru merasa puas terhadap kebutuhan yang
dirasakan dan diberikan oleh sekolah SMK Negeri 6 Kota Kupang. Sehingga kelima
demensi motivasi kerja (kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman, kebutuhan
rasa memiliki, kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan perwujudan diri). Hal
ini dapat dibuktikan dari respon (tanggapan) guru terhadap variabel motivasi
kerja, atau dengan kata lain motivasi kerja berdasarkan kelima dimensi tersebut
dapat menciptakan kinerja guru pada SMK Negeri 6 Kota Kupang. Dengen demikian
terbukti bahwa motivasi kerja mempunyai pengaruh terhadap kinerja guru.
4.7.3. Pengaruh
Variabel Komitmen Kerja Terhadap Kinerja Guru.
Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara komitmeni kerja
terhadap kinerja guru. Dengan t-hitung sebesar 5.295 (˃1.96) dan besarnya pengaruh 0.820. Hasil ini mununjukan bahwa semakin baik
komitmen kerja akan semakin meningkatkan kinerja guru.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
kajian oleh Luthans (1992) mengatakan bahwa komitmen kerja merupakan
keinginan/kesetiaan yang kuat untuk menjadi anggota dalam suatu kelompok dan
kemauan usaha yang tinggi untuk organisasi. Hasil penelitian ini mendukung dan
memperkuat pendapat Staw (1991) mengatakan bahwa komitmen kerja yang dibangun
dilihat dari indikator, kesediaan
menerima tugas yang dibebankan kepada seseorang, sikap taat terhadap
aturan sekolah dan bangga terhadap prestasi yang dirai lembaga tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat
pendapat Porter (1985) dalam Wahyudi
(2009) yang mengatakan bahwa membangun sebuah komitmen kerja
pada sebuah organisasi dalam penelitiannya adalah keinginan guru untuk tetap
mempertahankan profesinya dalam organisasi dan bersedia melakukan usaha bagi
pencapaian tujuan organisasi sehingga akan berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja guru. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa
secara umum para guru sangat berkomitmen bekerja pada lembaga SMK Negeri 6 Kota
Kupang. Sehingga ketiga demensi komitmen kerja (kemauan, kesetiaan dan
kebanggaan) Hal ini dapat dibuktikan dari respon (tanggapan) guru terhadap
variabel komitmen kerja, atau dengan kata lain komitmen kerja berdasarkan
ketiga dimensi tersebut dapat membangun kinerja guru pada SMK Negeri 6 Kota
Kupang. Dengen demikian terbukti bahwa komitmen kerja mempunyai pengaruh
terhadap kinerja guru.
4.7.4. Pengaruh
Variabel Budaya Organisasi, Motivasi Kerja dan
Komitmen Kerja Terhadap Kinerja Guru Secara Simultan.
Hasil analisis dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda ini membuktikan bahwa terdapat
pengaruh signifikan dari budaya organisasi, motivasi kerja dan komitmen kerja
secara simultan terhadap kinerja guru. Nilai F-hitung di peroleh sebesar 100.018 dengan tingkat sig sebesar 0,000
lebih kecil dibandingkan dengan α 0,05. Hal ini
mengindikasikan bahwa secara simultan ke tiga variabel independen (budaya
organisasi, motivasi kerja, komitmen kerja) berpengaruh terhadap variabel
dependen (kinerja guru).
Hasil penelitian ini searah dengan teori yang disampaikan oleh Slamet
(2000) menyatakan bahwa seluruh komponen budaya organisasi, motivasi kerja dan
komitmen kerja berpengaruh terhadap kinerja guru secara simultan. Teori yang
disampaikan oleh Slamet mengatakan kinerja guru adalah tingkat pencapaian
seorang guru dalam pelaksanaan suatu kegiatan dalam mewujudkan tujuan, visi dan
misi sekolah dengan perlu meningkatkan budaya organisasi yang baik, motivasi (motivation) dan guru harus memiliki
komitmen kerja yang kuat.
Penelitian ini juga mendukung pendapat yang disampaikan oleh Sagala
(2010) bahwa kinerja seorang guru harus selalu berlandaskan pada inovasi, etos
kerja, motivasi, kebutuhan akan pekerjaan, pengabdian dan selalu memiliki
komitmen. Hasil
penelitian ini juga memperkuat pendapat Dale TimPe (1988) yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang menentukan tingkat kinerja antara
lain; lingkungan, perilku pemimpinan, tim manajemen, motivasi, disiplin,
administrasi pengupahan, promosi dan pengembangan diri, keamanan dan perlindungan,
komitmen. Semuanya ini memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja guru.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa secara simultan budaya
organisasi, motivasi kerja dan komitmen kerja berpengaruh terhadap kinerja
guru, semuanya ini tergambar pada jawaban responden pada item-item penelitian
yang disediakan. Sehingga ketiga variabel (budaya orgaisasi, motivasi kerja dan
komitmen kerja) secara simultan dapat memberikan pengaruh secara signifikan
terhadap kinerja guru pada SMK Negeri 6 Kota Kupang.
4.8. Implikasi.
4.8.1. Implikasi Yang
Bersifat Teoritis
1. Penelitian ini telah membuktikan bahwa budaya
organisasi, motivasi kerja, komitmen kerja dapat menciptakan peningkatkan
kinerja guru pada Sekolah SMK Negeri 6 Kota Kupang.
2. Secara keseluruan hasil penelitian menunjukan
bahwa budaya organisasi, motivasi kerja dan komitmen kerja mempunyai pengaruh
terhadap kinerja guru. Dimana budaya organisasi, motivasi kerja, dan komitmen
kerja mempunyai pengaruh secara parsial serta pengaruh secara simultan dalam
meningkatkan kinerja guru.
4.8.2. Implikasi Yang
Bersifat Praktis
1.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pihak sekolah dalam hal ini SMK Negeri 6 Kota
Kupang dapat meningkatkan kinerja guru melalui faktor budaya organisasi, motivasi
kerja dan komitmen kerja.
2.
SMK Negeri 6 Kota Kupang sebaiknya dalam meningkatkan kemampuan sumberdaya
manusia yang dimiliki dengan melakukan starategi pemberdayaan melalui berbagai
pelatihan, seminar, diklat khususnya semua tenaga pengajar di sekolah tersebut
sehingga kinerja guru meningkat dan kualitas sekolah tetap terjaga.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari keseluruhan
hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Budaya
organisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja guru di SMK Negeri 6
Kota Kupang. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik budaya organisasi di sekolah
maka akan semakin meningkat kinerja guru pada SMK Negeri 6 Kota Kupang.
2.
Motivasi
kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja guru di SMK Negeri 6 Kota
Kupang. Hal ini menunjukan bahwa semakin baik motivasi kerja di sekolalah maka
akan semakin meningkatkan kinerja guru pada SMK Negeri 6 Kota Kupang.
3.
Komitmen
Kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja guru di SMK Negeri 6 Kota
Kupang. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat komitmen kerja guru,
maka akan semakin meningkatkan kinerja guru pada SMK Negeri 6 Kota Kupang.
4.
Budaya
organisasi, motivasi kerja dan komitmen kerja secara simultan mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kinerja guru di SMK Negeri 6 Kota Kupang. Hal ini
menunjukan bahwa semakin baik budaya organisasi, motivasi kerja dan komitmen
kerja akan berpengaruh pula pada tingkat kinerja guru di sekolah tersebut.
5.2. Saran-Saran
5.2.1.
Saran Untuk SMK Negeri 6
Kota Kupang
1. SMK Negeri 6 Kota
Kupang di tuntut untuk selalu meningkatkan kualitas budaya organisasi, motivasi
kerja dan komitmen kerja, karena peneltian ini membuktikan bahwa semakin baik
kualitas budaya organisasi, motivasi kerja dan komitmen kerja maka akan semakin
meningkatkan kinerja guru.
2. Bukti empirik menunjukkan bahwa variabel budaya organisasi, variabel
motivasi kerja dan variabel komitmen kerja merupakan variabel yang perlu
mendapat perhatian utama dari pimpinan sekolah sehingga yang diharapkan dalam
membuat kebijakan-kebikan yang selalu mengarah kepada ketiga variabel tersebut
sehingga semakin mendukung kinerja guru pada SMK Negeri 6 Kota Kupang.
5.2.2. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya
1.
Obyek penelitian ini hanya pada SMK Negeri 6 Kota
Kupang saja, sehingga kemampuan generalisasi dari hasil
penelitian ini sangat rendah, maka perlu penelitian lanjutan untuk mengeneralisasi seluruh SMK yang ada di Kota Kupang.
2.
Peneliti
berikutnya dapat melanjutkan dan mengembangkan penlitian ini yang lebih kompleks lainnya, sebagai salah
satu upaya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pada umunya. Khususnya
penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk penelitian pada lembaga lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
As’ad. 2000.
Psikologi Industri. Edisi ke V. Liberty. Yogyakarta.
Bachtiar, Emil. 1996.
Manajemen Budaya Perusahaan Untuk Pengendalian Organiasi. Manajemen Usahawan
Indonesia. No 02 Tahun XXV Februari 1996.
Bafadol. 2003.
Manajemen Perlengkapan Sekolah; Teori dan Aplikasinya. Bumi Aksara. Jakarta.
Banghart dan Trull.
1973. Education Planning. The
Macmillan. New York.
Buchari. 1989.
Manajemen dan Motivasi. Balai Aksara. Jakarta.
Cox, Jr. 1994. Cultural Diversity In Organizations The Ory,
Research and Pratice. Berret-Koehlar Publishers. San Francisco.
Dale Timpe. 1998. Kinerja
(Terjemahan Sofian Cikmat): KEND. Publising Inc. New York.
Dalyono. 2001.
Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.
Dessler. 1996. Organization Theory: Integrating Structure
and Behavior. Second Edition. Prentice Hall.
Dessler. 2000. Human Resourece Manajement Prentice-Hall.
Sydney.
David. 1994. Consepts Of Strategic Management.
Maxwell Macmillan. New York.
Dharma. 1996.
Manajamen Prestasi Kerja. Rajawali. Jakarta.
Endang Mulyasa. 2007.
Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Rosada. Bandung.
Ferdinand. 2006.
Metode Penelitian Manajemen. Universitas Dipenegoro. Semarang.
Frid Lake (2009).
Opini. Pos Kupang, pada tanggal 2 Agustus 2009, di ambil dari Htpp://indomedia.com/poskup/2009/edisi
12/watch.htm.
Gaffar. 2004.
Membangun Kembali Pendidikan Nasional Dengan Fokus, Pembaharuan Manajemen
Pendidikan Pada Era Globalisasi. Surabaya. Makalah Konvensi Nasional Pendidikan
Indonesia V 5-9 Oktober. 2004.
Ghozali, Imam. 2005.
Statistik Nonparametrik. Undip. Semarang.
Gibson. et al. 1996.
Organisasi: Perilaku, Struktur, dan Proses. Terjemahan Nanuk Adiarni dan Editor
Lyndon S. Binarupa Aksara. Jakarta.
Gibson. 2003.
Organisasi dan Manajemen. Terjemahan Djontan Wahid. Erlangga. Jakarta.
Gomes. FC. 2003.
Manajemen Sumberdaya Manusia. Andi Affcet. Yogyakarta.
Gujarati, Damodar.
1997. Basic Econometrick. McGraw
Hill. New York.
Griffin, 1986. Organizational Behavior. Houghton
Mifflin Company. Boston.
Gorton. 1976.
Hamalik. 2001.
Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta.
Handoko. 1992.
Motivasi (Daya Penggerak Tingkah Laku). Kanisius. Yogyakarta.
Hartanto. F. M.
Manusia karya Yang Bersumberdaya Di Dalam Sistem Usaha Paradigma. Tenaga Kerja
Abad ke 21. PT Gramedia. Jakarta.
Hasibuan. 2001.
Organisasi dan Kinerja Dalam Peningkatan Produktifitas. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Hatch. 1997. Organization Theory: Modern Symbolic and
Postmodern Perspective. Oxford University Press.
Herminarto, Uno.
2004. Teori Motivasi dan Aplikasinya Dalam Penelitian. Nurul Jannah. Gorontalo.
Hofstede. 1980. Culture’s Conseguences: International
Defferences In Word Related Values. Beverly. California:Sage.
Ilyas. 1999.
“Kinerja”. Penerbit Badan Penerbit FKM UI. Depok. Jakarta.
Indrawijaya. 1986.
Perilaku Organisasi. Penerbit Sinar Baru. Bandung.
Iriyanto. 1998.
Kendala Reformasi Pendidikan. Kajian Dikbud No 014 September 1998. Jakarta.
Irwan. 2002. Analisis
Organisasi Manajemen Modern. Rajawali. Jakarta.
Jhon Manulangga
(2009). Tidak Perlu Kaget. Pos Kupang, pada tanggal 15 Oktober 2009, diambil
dari. Htpp://indomedia.com/poskup/2009/edisi 29/watch.htm.
Junaiedi. 1999.
“Pengembangan Potensi Kreativitas Sumberdaya Manusia Dalam Organisasi”. Modus
Jurnal Ekonomi dan Bisnis No 1 tahun XII, 77-85.
Kanter. 1968. Assesing Personal, Role and Organization: A.
Studi At Commitment. American Sociological Review. Vol 33 499-517.
Kilmann, Ralph,
Saxton, Marya. 1988. Gaining Control Of
The Corporete Culture. Jossey-Bass Publishers. San Francisco.
Muchlas. 2008.
Perilaku Organisasi. Gaja Mada Universitiy Press. Yogyakarta.
Musanaf. 2002.
Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Haji Masagung. Jakarta.
Mendiknas. 2001.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI No 053/U/2001 tgl 19 April 2010.
Tentang
SELAMAT MEMBACA DAN TERIMA KASIH.
“Yakin Usaha Ku akan Sampai”